Culture
45. KEBAHAGIAAN
Apakah Kebahagiaan itu? Masing-masing individu berbeda-beda dalam mendifinisikan kebahagiaan. Anda mempunyai definisi sendiri, demikian juga saya.
Dugaan Tentang Kebahagiaan.
Individu mempunyai dugaan tentang kebahagiaan, kemudian membuat petanya. Tidak ada yang salah tentang dugaan kebahagiaan itu. Dugaan tentang kebahagiaan itu karena kita:
1. Melihat: Kita melihat adanya: Rumah yang bagus, mobil, pesawat, pasangan yang serasi, agamis, spiritualis, pekerjaan yang baik dlsb.
2. Berfikir: Kemudian kita berfikir, alangkah bahagianya, kalau kita mempunyai dan berada dalam kondisi yang kita lihat itu.
3. Perasaan: Kemudian kita akan merasa, bahwa kita dapat mencapai lebih dari yang kita lihat dan rasakan itu.
Peta kebahagiaan yang tertanam dalam jiwa kita, universal akibat kita melihat, berfikir dan merasa. Tetapi, petanya sendiri tidak universal. Suku bangsa yang hidup di gurun, sangat bahagia kalau setiap hari kiranya dapat menjumpai air di oase pada padang sabana atau steppa. Mereka tidak membayangkan Mobil! Beda kan dengan anda yang hidup di khatulistiwa?
Yang ingin saya katakan adalah,
Gambaran Peta Kebahagiaan Berbeda Diantara Individu.
Peta Kebahagiaan Yang Kita Tuju Itu, Adalah Peta Kebahagiaan Yang Kita Buat Berdasarkan Apa Yang Terlihat Oleh Mata, Terbersit Dalam Fikiran Dan Terlintas Dalam Hati, Yang Kita Anggap Membahagiakan.
Oleh sebab itu, perlulah kita ‘melihat’ lebih jeli, ‘berfikir’ dengan jeli dan ‘menyaring’ apa yang terlintas dalam hati. Orang tua yang bijak, akan membawa anak-anaknya melihat hal yang indah-indah, supaya anaknya terpacu berfikir dan merasakan, kemudian, memberikan referensi untuk persepsi anak-anaknya. Begitu juga pemimpin dan siapa saja hendaknya.
Untuk Mendapat Kebahagiaan, Anda Harus Bayar!
Ya, jika anda ingin mendapat kebahagiaan, anda harus membayarnya, dengan waktu, tenaga, fikiran dan uang anda! Jika anda duduk-duduk saja seharian, kebahagiaan tidak akan menghampiri anda. Jika anda bekerja demi diri anda sendiri, menggunakan waktu, tenaga, fikiran dan uang anda untuk diri anda sendiri, memang tidak ada salahnya, (sebagai derivat pengajaran Machiavelli), anda bisa bahagia juga, tetapi sesaat saja. Untuk mendapatkan kebahagiaan berdurasi panjang, anda harus membayarnya.
Anda harus membeli berlian untuk mendapatkan kebahagiaan berdurasi panjang, alih-alih membeli cincin imitasi yang menghasilkan kebahagiaan berdurasi pendek.
Kebahagiaan Berdurasi Panjang.
Kebahagiaan yang berdurasi panjang dihasilkan dari pencapaian individu yang berkaitan dengan spiritualitas. Bahkah, pengikut-sertaan elemen spiritualitas dalam mencapai kebahaiaan, adalah the only way untuk mencapai kebahagiaan yang berdurasi panjang! Apalagi, pencapaian itu tidak menghitung untung ruginya, dengan dikeluarkannya biaya, waktu, tenaga, dan fikiran kita. Misalnya anda menolong orang sakit, dan anda mengeluarkan biaya yang banyak untuk kesembuhannya. Anda tidak menghitung untung ruginya. Jika si sakit itu sembuh total, anda akan mendapatkan kebahagiaan yang berdurasi panjang, setiap kali melihatnya dalam keadaan sehat. Yang saya ingin katakan adalah:
Semakin Lama Dan Tinggi Tingkat Pengorbanan & Spiritualitas, Semakin Tinggi Juga Tingkat Kebahagiaan Yang Tercapai.
Kebahagiaan Berdurasi Pendek.
Contohnya membeli cincin imitasi diatas.
Kebahagiaan yang tidak nyatabenarnya Berdurasi Panjang Yang Disesali.
Kebahagiaan yang tidak nyatabenarnya ini juga anda harus bayar dengan waktu, tenaga, fikiran dan uang anda! Misalnya, anda yang diatas nilai rerata, punya pacar dengan nilai nilai diatas rerata juga, kaya dlsb yang menyenangkan mata dan hati, dan sangat baik kepada anda, menuruti segala apa yang anda inginkan. Setelah 6 tahun berpacaran dan merasa sangat bahagia, tiba-tiba anda menyadari, bahwa jalan yang anda lalui berdua ternyata keliru! Jadi, 6 tahun itu anda mendapat kebahagiaan tidak nyatabenarnya, yang anda bayar juga, dan pada akhirnya anda sesali. Keliru dalam hal apa, ya apa saja….anda fikir sendiri saja ya………….
Kebahagiaan Yang Tidak Nyatabenarnya Berdurasi Pendek Yang Disesali.
Hari ini anda bertemu kawan, rasanya bahagia sekali. Pada akhir pertemuan, bisa saja anda menyesali pertemuan itu bukan? Bahkan, penyesalan yang menyita waktu yang panjang sekali.
Kebahagiaan Yang Tidak Nyatabenarnya Dan Kebahagiaan Yang Nyatabenarnya, Keduanya Sama: Anda Harus Bayar Untuk Mendapatkannya!
Setelah mengetahui tentang bagaimana jiwa secara Automatic mempuat peta kebahagiaan, pertanyaannya adalah:
Mengapa Ada Individu Yang Merasa Tidak Bahagia Dalam Kehidupannya?
Karena, memang pada dasarnyalah manusia tidak logis! Misalnya, ada individu yang Ingin bahagia, malah pindah ke puncak gunung yang sunyi, bikin gubuk, ingin tenang dan mau semedi atau bertapa, karena menurutnya, dan yang diyakininya, menurut apa yang ia baca dan dengar: kebahagiaan adanya dalam hati! Lha, memang di puncak gunung ada apa? Kalau di puncak gunung ada kebahagiaan, puncak gunung dimanapun adanya tentu sudah dipenuhi orang!. Mungkin maksud individu itu, kebahagiaan ada dalam hati, jadi dia mau cari yang gratis! Tengak-tengok di puncak gunung sendirian….
Nyatabenarnyalah Bahwa Tidak Ada Kebahagiaan Yang Gratis!
Mengapa ada statement yang menyatakan, bahwa kebahagiaan adanya di dalam hati? Saya katakan, itu tidak berdasar. Mengapa mereka membuat statement itu? Karena mereka tidak mengetahui bahwa:
Kebahagiaan Itu Terukur!
Anda tahu ukurannya? Ukuran yang sederhana seperti ini: Andai Ada individu yang berwajah susah, kelihatan susah, cemberut, matanya bermusuhan, lalu ketika ditanya, apakah dia bahagia dengan kondisinya? Ia menjawab: Kebahagiaan adanya dalam hati. Saya bahagia! Walaupun kondisi saya seperti ini, saya bahagia. Orang kaya, sarjana, punya pasangan cantik, belum tentu bahagia bukan…… (kata dia!). Apa anda percaya kata dia, yang berwajah susah itu!? Tentu tidak bukan? Apalagi kalau anda mengetahui ada ilmu yang berbicara tentang:
Human Development Index
Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, berkembang atau terbelakang, dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Jadi, pendidikan, standar hidup, kualitas hidup, dapat dibandingkan dapat diukur, makanya terukur!. Dan tentunya, kualitas hidup berbanding lurus dengan kebahagiaan.
Saya berharap, ketika orang masih mencari dimana letak kebahagiaan, apa yang disebut bahagia, saling berdebat, saling bersitegang dengan self-defence-nya sendiri-sendiri, kita mulai menghitung dan mengukur kebahagiaan itu. Itu NyataBenarnya.
Selamat Berbahagia Di Hari-hari Bahagia Anda, Dahulu Anda Sudah Membayar Untuk Kebahagiaan Yang Anda Nikmati Sekarang….
Salam Giat Membayar! Yang Gratis…. Kualitasnya Jelek…… Hilal Achmar.
08 June 2012
34. SIAPAKAH YANG MEMBIMBING ANDA KETIKA ANDA TUA?
34. SIAPAKAH YANG MEMBIMBING ANDA KETIKA ANDA TUA?
Kalau anda sudah tua, usia sudah 60 tahun, kedua orang tua sudah tiada lagi, kira-kira saja, siapa yang membimbing anda? Saya kira, hampir tidak ada lagi manusia yang akan membimbing seorang manusia berusia 60 tahun, yang sudah banyak pengalaman dalam menjalani hidup ini. Kalau yang akan memberitahu/membimbing anda umurnya kurang dari 60 tahun, nanti anda tersinggung…. kalau yang berusia diatas 60 tahun, yah, sudah sama-sama tua, sudah saling bertoleransi jika ada kekurangan pada masing-masing diri. Pertanyaan saya adalah:
1. Siapa yang mengingatkan anda kalau anda ‘keluar dari jalan yang benar”?
2. Apakah pada usia 60 tahun anda masih mau mendengar nasehat orang lain?.
3. Bagaimanakah kiranya, kalau anda berusia 60 tahun, ternyata anda ‘berada pada jalan yang salah?.
Kerugian itu adanya di usia tua. Pada usia muda, acapkali, kerugian bagi kita, kita anggap sebagai suatu keuntungan. Pada usia tua, tidak serta-merta manusia menyadari bahwa dirinya untung, apalagi, kalau dirinya rugi.
Salam. Hilal Achmar.
31 May 2012, Usai Ultah Adik Saya No.3
33. CARA SEDERHANA MENCARI PENGETAHUAN YANG NYATA
Pengetahuan yang nyatabenarnya, sering saya dapatkan dari kawan duduk saya, entah di kendaraan umum, di resto, atau dimana saja saya duduk bersama dengan individu lainnya, baik saya kenal, maupun tidak, atau, malah berlagak saja kenal, walaupun pada dasarnya ‘saya tidak kenal’.
Sudah saya bahas di blog terdahulu, bahwa saya mempercayai, individu dapat teraktualisasi pada usia 40 tahun. Oleh karenanya, saya sering bertanya pada kawan duduk saya, apa pesan dari ayah/ibunya ( yang pasti sudah mencapai usia lebih dari 40 tahun!), yang selalu diingatnya, karena, mungkin, pesan itu adalah pengetahuan yang nyatabenarnya dan sangat berharga.
Hari ini, Minggu 27 May 2012, saya mempunyai beberapa kawan duduk di Margo City, Depok, pada suatu acara ultah. Maka saya, seperti kebiasaan saya, setelah basa-basi, saya bertanya kepada seorang teman duduk di sebelah kanan saya, pertanyaan yang sering saya ajukan sejak mahasiswa, demi mendapat ilmu yang nyatabenarnya. Salah satu bentuk pertanyaan itu adalah:
“Adakah pesan dari orang tua yang selalu kamu ingat?” Kawan itu mengatakan banyak. Saya memintanya untuk memberitahu saya. Dia mengatakan bahwa orang tuanya berpesan,
Untuk Menerima Apa Yang Dia Dapat Dan Kemudian Bersyukur Atas Apa Yang Telah Dia Dapatkan.
Seketika itu juga saya meminta izinnya untuk membagi pesan itu, dan pembicaraan lainnya di blog saya, karena pesan itu adalah pengetahuan yang nyatabenarnya, yang berhubungan dengan upload terakhir saya yang ke 32 yang berjudul : 32. TINGKAHLAKU DAN KELAYAKAN KEHIDUPAN.
Sayangnya, kawan duduk di depan saya, ketika saya bertanya pertanyaan yang sama dengan kawan duduk di sebelah kanan saya, hanya menjawab: Itu untuk diri saya sendiri, orang lain tidak boleh tahu. Andainya pesan itu adalah ilmu pengetahuan yang nyatabenarnya, sayang sekali saya tidak mendapatkannya dan menyebar-luaskannya.
Mengapa pesan: Untuk Menerima Apa Yang Dia Dapat Dan Kemudian Bersyukur Atas Apa Yang Telah Dia Dapatkan, adalah pengetahuan yang nyatabenarnya? Karena:
- Menerima apa yang kita dapatkan: Lihat pembahasan saya pada blog no 32. TINGKAHLAKU DAN KELAYAKAN KEHIDUPAN.
- Yang no 2, anda fikirkan sendiri ya… Soalnya, kalau anda tidak berfikir, nanti anda dibilang tidak punya fikiran….Hahahaha… Biarlah saya tulis saja sekalian yang no.2: Bersyukur atas apa yang kita dapatkan. Patutkah saya bersyukur atas apa yang saya dapatkan? Tentu. Saya mendapat rumah warisan, mendapat waktu, tenaga, fikiran, bimbingan dan dana secara gratis dari orang tua saya dalam rangka menumbuh-kembangkan saya. Jadi, bukankah kita patut selalu bersyukur atas apa yang kita dapatkan? Ayoooo…. Kooorrr….. Jawab saja: Yaaa……. Tidak usah difikir lageeeee..
Pengetahuan yang nyatabenarnya, sering saya dapatkan dengan cara yang sangat sederhana, dari orang-orang bersahaja, yang membagi pengetahuannya, seperti kawan duduk di sebelah kanan saya, yang baru saja saya mengenal namanya. Dahulu sekali, dia kawan sekolah saya, tetapi faktanya, dahulu sekali, saya tidak pernah berkomunikasi satu kata, bahkan satu hurufpun kepadanya. Tetapi, faktanya juga, saya malah ’mendengar paling banyak darinya”.
Saya ingin bertanya kepada anda, darimana anda mendapat pengetahuan? Dari buku? Apa anda rajin ke toko buku dan membeli buku! Dari Internet? Apa anda fokus mencarinya…. dari sekolah? Apakah anda serius menuntut ilmu….. Yang nyatabenarnya bagi saya, pengetahuan tambahan itu dapat berasal dari individu lainnya, yang mempunyai ilmu yang nyatabenarnya.
Tulisan ini, saya didikasikan kepada semua individu yang saya kenal maupun tidak, yang sering dalam waktu singkat, memberi saya pengetahuan yang nyatabenarnya, yang saya tidak pernah mendapatkannya secara formal di sekolah.
Sambil Tertawa, Mendapat Ilmu Yang Nyata
Adik saya serumah, semuanya 3, semuanya wanita. Mereka berbincang:
A: Enak ya Pacaran sama si A, Ortunya punya Bank.
B: So Pasti…..Tajir banget, uangnya banyaaakkkkk….
Bapak Saya : Pacaran saja sama bapaknya Si A….. pasti uangnya lebih banyak lagi…..
Anak-anaknya terbahak berjamaah: Hahahahahahaaaaa……
Anda tidak usah tertawa…. dah telaaatttt tauuuuu……. itu sekira 30 tahun yang lalu!
Upload saya selanjutnya:
34. SIAPAKAH YANG MEMBIMBING ANDA KETIKA ANDA TUA?
Selamat bertanya-tanya, bertanya-tanya agar selamat……..Slamet jangan terus nanya dooonggg……. capek saya Hahahaha……… Dah Slamet kok masih nanya……….
Salam.Hilal Achmar
27 May 2012. 10:49
31. MANUSIA TERNYATA TIDAK LOGIS
Ya, dari seluruh tindak dan tandukannya, ternyata manusia tidak logis. Memang, banyak ahli yang mengklaim, atau konselor yang memerintahkan agar, kita menyelesaikan masalah dengan logis, dengan merumuskan masalah dengan logis juga. Lucunya, sang konselor itu termasuk manusia yang tidak logis juga! Anda teliti saja secara sepintas kilat, advisor, konselor, penasihat keuangan, saya pastikan mereka tidak logis juga. Karena apa?
Pada Dasarnya Manusia Memang Bodoh!
Nah! Kalau begitu, apa masih adakah manusia yang berani mengaku pintar sekarang!? Sekarang yang mengaku pintar saya tanya, atau kepada seluruh manusia: Apakah anda sudah merasa puas dengan Pekerjaan, Gaji, Sekolah Nilai, Rumah, Pergaulan, Keuangan dan Pasangan Anda?
Kalau Anda Pintar Pada Dasarnya, Anda Tidak Akan Menjadi Diri Anda Yang Sekarang!
Justru! Manusia umumnya, atau kita khususnya, dulunya bodoh, maka kita menjadi manusia yang: Yah… sekarang begini ini… Kalau dulu anda pintar pada dasarnya, masa sih anda jadi diri anda yang sekarang ini …. Benar kan..? Hayo semua… mengakulah bahwa kita……. Stupid yang suka pakai sandal jepit. Bukankah kehidupan anda yang sekarang ini, akibat dari tidak logisnya anda? Yang ingin saya katakan adalah:
Manusia Ternyata Tidak Logis!
Sudah. Sekian saja. Dipanjangkan juga percuma, sebab, anda tidak logis….. Yang menulis posting ini, saya, ternyata tidak logis! Apalagi anda! Pusiiiingggg……..
Selamat Melogis-logiskan Diri. Salam Dari Saya Yang Mulai Logis. Hilal Achmar.
28 Juli 11. 09.56.
29. METASCIENCE : INFERIORITY
28. METASCIENCE: METAMANUSIA
Sebenarnya kita semua adalah manusia yang meta atau katakan saja metamanusia. Sayangnya, tidak semua manusia mau mengakui, bahwa dirinya adalah metamanusia, yang terdiri dari 2 bagian besar: Raga dan Sukma. Kalau kita mengakui adanya meta dalam bentuk sukma dalam diri kita, untuk mempelajari dan mengerti tentang sukmadiri, apakah dapat dipelajari dengan science? Ya, satu bagian, bagian tingkahlakunya. Satu bagian yang lain, hakikatnya, tidak bisa dipelajari dengan science, maka, metascience memberi jalan untuk mempelajari hakikat sukma. Saya akan memberikan ilustrasi: Mempelajari tingkahlaku makan untuk jamuan makan malam resmi pada syukuran teman yang menjadi profesor, tentu anda akan mematut pakaian apa yang harus anda kenakan, dimana anda harus meletakkan tas, bagaimana selayaknya mempergunakan sendok-garpu-pisau, dan bagaimana cara mengunyah yang sopan, adalah tingkahlaku makan. Sedangkan hakikat makan adalah: Untuk Hidup!
Sekarang, kalau kita mempelajari manusia, kita mempelajari tingkahlaku raganya, tindakannya, ideanya, yang bisa kita ‘lihat’ dan eksplorasi. Sedangkan hakikat manusia adalah: Sukmanya! Maka, ada ahli yang mengatakan, bahwa kita adalah Manusia Langit (keren juga ya..).
Kita di Indonesia, hidup & berkehidupan dengan (secara tidak sadar), menganalisa tindakan kita sebelum bertindak, apakah tingkahlaku kita sesuai dengan ajaran spiritual yang meta. Misalnya, jika kita berbicara dengan orang yang lebih tua, atau orang yang lebih mempunyai jabatan, kekuasaan dan kaya, untuk tidak menyinggung ‘ketuaannya’ atau ‘kekayaannya’ otomatis, kita bertingkahlaku sopan dalam berbicara. Artinya apa?
Masyarakat Timur Lebih Mengedepankan Sukma Dari Raga, Walaupun Belum Sepenuhnya Disadari.
Sayangnya, tingkahlaku yang baik itu, tidak sepenuhnya disadari.Apa yang anda fikirkan sehari-hari? Bekerja, mencapai karir yang anda inginkan, mempunyai uang banyak, berharap hari per-hari anda mendapatkan keberuntungan, membangun rumah yang nyaman. Orang tua menganggap anda sedang mengembangkan diri. Rupanya, definisi ilmu pengembangan diri, telah sedikit bergeser artinya dalam masyarakat kita.
Menurut Saya, Pengembangan Diri Lebih Tertuju Untuk Sukma
Dalam mengembangkan kelayakan kehidupan kita, kita tidak boleh lupa mengembangkan sukma kita. Saya ingin bertanya, jika anda telah mengembangkan kehidupan, sehingga anda telah diindisikan makmur, dengan indikator yang ada dalam lingkungan anda, seberapa maju anda telah mengembangkan sukma anda? Darimana indikatornya? Semuanya hanya anda yang tahu, baik perkembangan sukma anda maupun indikatornya. Dan itu bergantung seberapa banyak anda mempunyai referensi, kevalidan referensi, dan arah pengembangan yang ditunjukkan oleh referensi anda tersebut.
Dalam Perkembangannya, Kala Semakin Tua, Raga Semakin Renta, Sedangkan Sukma Semakin Bijaksana.
Pada akhirnya, raga akan semakin tua renta tidak berdaya, sukma semakin pikun dan pelupa. Inilah yang manusia selalu ingin mencegahnya, selalu ingin lari dari tuarenta tak berdaya. Untuk mengetahui apakah referensi anda valid tentang pengembangan sukma dan memberi arah yang benar, kalau telah tuarenta, dan ingin mengetahui apakah sukma anda telah bijaksana atau belum, apakah indikatornya?
Mengingat Kematian! Yang Manusia Selalu Lari Darinya!
Dari uraian diatas, yang ingin saya katakan adalah, benar bahwasanya manusia ada yang menjalankan kehidupan spiritual dalam tingkahlakunya, tetapi, kehidupan spiritual itu tidak sepenuhnya disadari, timbul akibat refleks tingkahlaku, yang pernah dilakukan ribuan kali. Atau yang semakna, tingkahlaku yang bersifat spiritual itu, lebih berasal dari akal logika atau meniru tingkahlaku individu/masyarakat, daripada berasal dari sukma, yang memujud dalam akalnalarbudi. Ilustrasinya adalah: Anda meniru hidangan sirloin steak dari resto bintang lima. Cara menyajikan dan cutting dagingnya telah benar. Tapi rasanya: Tidak karuan. Bahkan: Tidak karu-karuan…… Yang saya ingin katakan adalah:
Duplikasi Tingkah Laku, Tidak Ada Manfaatnya Dalam Perkembangan Sukma! Perkembangan Sukma Hanya Dapat Dilakukan Dengan Memberi Tahu Sukma Tentang Tingkahlaku Yang Nyatabenarnya!
Itu salah satu kritikan tentang behaviourisme. Oh, bukan. Behaviourisme kan tidak membicarakan spiritual ya.. Untuk menjadi metamanusia, kita harus mendidik sukma kita. Mengapa saya katakan mendidik? Karena sukma dan raga kita ini, sudah ada yang ready for use, ada yang belum. Template yang ada pada sukma itu, belum ready for use, untuk mencapai kapasitas maksimalnya, masih harus diberdayakan/dilatih. Begitu juga dengan tangan, sudah ada, tetapi belum ready for use untuk mencapai kapasitas maksimalnya.
Anda harus melatih tangan anda untuk memukul bola golf, agar bola tidak melayang kemana-mana….. Begitu juga, anda harus melatih sukma, agar sukma tidak tertinggal perkembangannya……..
Kemudian ada Sukma yang lainnya lagi. Ialah, Sukma yang berasal dari SMA IIIB Yogyakarta. Oh, ini tidak saya bahas. Beliau teman saya yang terbaik. Walaupun saya bertingkahlaku dengan ‘penyesuaian tidak baik’, Beliau ‘rela’ menyapa saya… Soalnya… lebih banyak kawan putri yang ‘tidak relanya menyapa saya…’ (Serem kali ya..). Se itu saja saya bahas yaa..
28 Feb 2011. Selamat Menempuh Metamanusia Baru. Salam Sukmagurujati. Hilal Achmar.
26. METASCIENCE PEMERINTAHAN
Pemerintah yang ‘seharusnya’ ada dalam negara-negara di dunia adalah, sekelompok orang, yang mempunyai kapasitas sebagai negarawan, yang mendapat legalitas dari bangsanya. Contoh negarawan dari Indonesia adalah Sang Maha Patih Gajah Mada, dari kerajaan Majapahit (Girindra Wardhana), yang bercita-cita menyatukan Nusantara, dan tidak akan memakan palapa sebelum cita-citanya terwujud. Negarawan dapat kita artikan saja, ialah manusia yang mempunyai banyak ilmu yang berguna, baik bagi dirinya maupun yang lainnya, dan terampil bekerja dengan ilmu yang dimilikinya, visioner, dipercaya, sehingga bangsanya mau mewujudkan visi masa depan yang diperlihatkannya.
Visi Pemerintah yang seharusnya ada adalah: Kita Akan Sejajar Dengan Negara-negara Makmur / kaya. Jika demikian maka Misi Pemerintah adalah memberdayakan rakyatnya dalam segala bidang, sehingga dapat duduk sejajar dengan negara-negara makmur. Bagaimana misi ini dicapai? Dengan membuat individunya otaknya pintar, badannya sehat, dan sakunya penuh. Tiga saja dulu, saya kira cukup.
1. Membuat Individu/Rakyatnya Berotak Pintarcerdik.
Strateginya adalah: Rupanya harus ada menteri/Kementrian Urusan Globalisasi dulu! Globalisasi adalah: Individu/Rakyat di suatu negara, saling bersaing dengan Individu/Rakyat dari negara lainnya. Misalnya, seorang dokter di Indonesia, harus bersaing dengan dokter lainnya di….. seluruh dunia… (Wah…. beratnya…….. ). Juga seorang petani kedele, harus bersaing dengan petani kedele dari seluruh dunia, misalnya dari hasil panen per hektar, kecerahan warna kedelai, kandungan proteinnya dan sebagainya. Memang berat. Tapi kita senang kan ada era globalisasi! Senang ada era globalisasi, tanggungjawabnya adalah harus juga senang bersaing, kalau tidak, kita akan jadi bangsa pinggiran atau orang pinggiran. Kapan-kapan, anda yang pandai globalisasi, usul pada presiden, agar anda jadi mentri globalisasi. Malah banyak kerjaannya: Iklim Global yang menggagalkan banyak panen, baik padi maupun mangga, migrasi global, perdagangan global, supaya tidak diakali terus oleh bangsa-bangsa yang pintar………………………….
Membuat individu pintar, tidak ada cara lain, selain dengan pendidikan. Pendidikan juga harus dipilih yang mempunyai realitas baru, bukan realitas lama, yang lambat menghasilkan kemajuan bangsa.
Realitas Baru Vs. Realitas Lama Dalam Pendidikan
Realitas Baru dalam pendidikan adalah: Pendidikan yang mengacu pada pendidikan apa yang dibutuhkan dalam memberdayakan masyarakat, supaya sejajar dalam persaingan kemakmuran, kewibawaan, dan kecerdikan antar bangsa-bangsa di dunia. Kita punya tanah dan laut. Pasti dalam bidang itu kita unggul, karena kita punya sumberdaya yang melimpah (tanah dan laut yang luas). Karena penduduk dunia bertambah terus, dan karena iklim global, jangan-jangan teori Robert Malthus (1766-1834), yang dianggap ‘salah’, menjadi benar karena ‘kebetulan’. Malthus mengatakan bahwa populasi manusia berkembang lebih cepat, sedangkan persedian makanan berproduksi lebih lambat. Benar atau salah, tidak kita persoalkan, yang ingin dikatakan Malthus adalah: 1. Dia khawatir, manusia kekurangan makanan. 2. Penduduk dunia harus diberi makan!
Indonesia pernah gagal menuju negara industri, dengan tujuan pembangunan jangka panjang, bahwa kita akan dapat menghasilkan mesin yang memproduksi mesin. Pada era industri, memang, bekerja dalam bidang pertanian dan kelautan adalah realitas lama, yang sulit untuk maju seiring dengan negara-negara industri. Makanya, tahun 70-an sampai akhir 90-an, kita bercita-cita maju seiring dengan bekerja dalam bidang industri.
Sekarang telah era informasi. Realitas lama pertanian, kini menjadi realitas baru dalam era informasi dan globalisasi, dimana, mudahnya, negara-negara maju yang telah meninggalkan basis pertaniannya, (maksudnya, rakyatnya tidak mau lagi bertani!), adalah keuntungan yang ‘kebetulan’ bagi kita, bahwa kita punya tanah dan laut yang terus ada.
Yang saya ingin katakan adalah:
Realitas lama, dapat menjadi realitas baru yang menguntungkan. Inilah tugas para pendidik, memberikan realitas baru, memperbaharui realitas lama yang dianggap usang, dan memberikan alasannya.
2. Membuat Individu/Rakyatnya Berbadan Sehat.
Sudah ada Kementeriannya, undang-undangnya, peraturan pemerintahnya dan peraturan menterinya, juga sudah ada peraturan daerahnya. Saya tidak bahas. Mungkin nanti tentang Metasscience kesehatan.
3. Membuat Individu/Rakyatnya Bersaku Penuhtebal.
Dengan penyediaan lapangan pekerjaan. Jika rakyat rajin bekerja dan tersedia banyak lapangan pekerjaan, ini urusan Departemen Tenaga Kerja & Badan Koordinasi Penenaman Modal, maka rakyat akan berkantung penuhtebal. Ya, minimal satu bulan sekali……………….Tidak saya bahas. Mungkin nanti akan saya tentang Metascience Kekayaan.
24 Feb 11. Selamat Berotak Pintar, Berbadan Sehat dan Besaku Tebal. Salam. Hilal Achmar.
25. METASCIENCE PENDIDIKAN BANGSA
Kita akan membahas pendidikan bangsa, waktunya, mulai balita sampai tua. Pendidikan, waktu saya kuliah dahulu, tujuannya adalah: Agar Menjadi Manusia Yang Bijaksana. Atau Agar Menjadi Manusia Seutuhnya. Kemudian ada lagi: Agar Menjadi Manusia Berkarakter. Ada lagi tujuan pendidikan? Ya, anda juga tahu, masih banyak lagi. Kemudian, setelah kita dididik sekian lama, apakah kita telah menjadi manusia yang bijaksana, manusia seutuhnya dan manusia yang berkarakter, atau telah menjadi manusia super!, sekalian saja ya?
Dalam metascience, kita mencari hakikatnya, dengan melihatcermat. Apa yang diinginkan manusia dengan pendidikannya? Ini suatu yang bagus yang sering kita dengar, yang datang dari anak muda:
Muda Sukaria, Tua Kayaraya, Mati Masuk Surga.
Begitulah yang dimaui manusia! Muda sukaria dalam menimba ilmu dari beragam buku, dengan sedikit bumbu pesta dan cinta. Tua kayaraya, hasil bahan pembelajaran ilmu yang membumi, dan ketika wafat, masuk surga, hasil menimba ilmu agama! Jadi, terang-benderanglah, tujuan pendidikan itu ‘seharusnya’ :
Agar Manusia Berbahagia Di Dunia Dan Di Akhirat.
Berbahagia di akhirat itu khas tradisi timur. Tujuan pendidikan agar manusia berbahagia di dunia dan akhirat itu, bukankah nyatabenarnya? Benar. Tapi, dianggap ‘tidak ilmiah’, kurang pamornya, kurang elit & modern. Oleh karenanya, mungkin, tidak ada sekolah atau perguruan tinggi di Indonesia, yang menyatakan dengan terus-terang tujuan pendidikan di lembaganya adalah: Agar manusia berbahagia di dunia dan akhirat. Kemudian, timbullah sekolah dan terminologi pendidikan yang bermacam-macam….. Dalangnya bingung, penontonnya ikut bingung………….. Dosennya bingung, mahasiswa/wi nya ikut bingung. Sampai-sampai (jangan sampai terjadi…………….)
Guru Kencing Berdiri, Murid Mengencingi Guru!
Siapa yang turut bertanggungjawab terhadap pendidikan bangsa ini? Para Guru, Dosen, dan Para Pendidik di semua lembaga. Dari posting saya yang lalu, bahwa belajar terefektif adalah bersendirian atau berdua-duaan, maka keluarga, orangtua, mempunyai tanggungjawab terbesar dalam pendidikan anak-anaknya.
Tujuan pendidikan agar manusia berbahagia di dunia akhirat, adalah Visi Bidang Pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, maupun di lembaga pendidikan luar keluarga. Apa yang harus dilakukan agar bangsa dapat berbahagia dunia-akhirat adalah Misi yang harus dikerjakan baik oleh para pendidik, para orangtua dan pemerintah. Bagaimana caranya melakukan Misi agar efisien dan efektif, adalah Strategi pencapaian tujuan itu. Kita akan membahas ini, dalam posting saya selanjutnya, ialah: Metascience Pemerintahan, oleh karena kewajiban pemerintahlah memberikan haluan pendidikan dan pendidikan bangsanya. (Sebagian sudah di Otomikan).
Dasar pengetahuan yang meta adalah hakikat. Jika anda selalu ‘melihatcermat” atau melihat dengan terang-benderang, segala kondisi, situasi dan problematika yang anda hadapi, maka anda akan menemukan hakikatnya. Yang ingin saya katakan adalah:
Dengan Melihatcermat Hakikat Segala Sesuatu, Maka Segala Sesuatu Menjadi Mudah.
Saya akan memberikan ilustrasi.
Melihat tidak cermat dan tanpa hakikat: Kalau ingin kaya, sekolahlah yang tinggi. Melihat Cermat Dengan Hakikat: Jika ingin kaya, bekerjalah yang rajin dan smart.
23 Feb 2011. Salam Smart. Hilal Achmar
24. METASCIENCE TINGKAT AKTUALISASI
Saya berpendapat bahwa aktualisasi mempunyai tingkatan kualitas sendiri, yang beragam pada berbagai individu. Maka, manusia mempunyai lapisan-lapisan maya dalam tingkat kualitas aktualisasinya, dari beragam jalur aktualisasi yang ditempuhnya.
Saya akan memberikan ilustrasi yang Meta:
1. Kelompok saudagar, akan berkumpul dan cocok, katakanlah secara kimia dengan kelompok saudagar juga. 2. Kelompok agamawan akan cocok dengan kelompok agamawan. 3. Kelompok Pendidik, akan cocok dengan kelompok pendidik juga. Demikianlah seterusnya. Pendeknya, manusia di dunia, berada dalam kelompok yang sesuai dengan minatnya masing-masing, dan pada tingkat aktualisasinya masing-masing. Walaupun sama-sama berprofesi sebagai pendidik, biasanya, sangat sulit misalnya, pendidik kelas 1 SD, masuk dalam kelompok profesor atau doktor pendidik di universitas, karena perbedaan kualitas aktualisasinya. Kalau tingkat kualitas aktualisasinya sama, tentu saja bisa, kalau faktor like and dislike dikesampingkan. Kelompok agamawan, walau kualitas aktualisasinya sama dengan saudagar, juga akan sangat sulit masuk dalam lingkup pergaulan saudagar. Individu, teraktualisasi pada bidangnya masing-masing, dan nyaman berada dalam kelompoknya masing-masing. Tetapi yang jelas adalah: Kebahagiaan tidak berbanding lurus dengan tingkat kualitas aktualisasi.
Pada Tingkat Kualitas Yang Manapun, Individu Dapat Berbahagia.
Bukankah, kebahagiaan itu pernah kita dapatkan, pada saat kita balita atau remaja, yang pada saat itu, mengertipun tidak tentang aktualisasi. Sedikit tentang kebahagiaan, kalau kita dapat mensyukuri kebahagian-kebahaiaan kecil dalam keseharian kita, cukuplah kita mendapat predikat orang yang berbahagia., sehingga kita senang berada dalam kelompok orang-orang yang berbahagia, bukan malahan timbul sifat dengki-iri. Demikianlah, kelompok yang teraktualisasi, saudagar, pendidik, pakar, seperti tergiring menuju tempat yang sama, saling mencari. Dapat dikatakan bahwa:
Sesamanya Akan Merindukan Sesamanya.
Yang paling kuat yang saya perhatikan adalah, ketika manusia telah mencapai sebagian besar ideanya, seorang diri, misalnya dalam karirnya, pada masa paruhbaya, akhirnya akan mencari sesamanya, walaupun dahulunya, tatkala masing-masing mencari jati dirinya, ada waham kebesaran pada masing-masing individunya.
Ketika Individu Telah Teraktualisasi, Ia Ingin Yang Lain Menjadi Saudaranya!
Itulah 70 sifat baik, yang telah saya uraikan dalam posting sebelumnya, yang memujud dalam diri manusia yang telah teraktualisasi. Persaudaraan! Tingkat tertingginya adalah: ia menginginkan saudaranya menjadi sebahagia dan seberuntung dirinya. Ia mau membimbing saudaranya yang kurang beruntung, untuk menapaki jalan-jalan yang menghasilkan kebahagiaan bersamanya. Dalam metascience, kita belajar dasarnya, intinya, aplikasinya, manfaatnya, maksimalnya, kaitannya, pengungkapan tersembunyinya, kesederhanaannya, keterbatasan yang tidak dapat dilampaui manusia, sehingga, segala persoalan menjadi terang-benderang.
Intermezzo:
Pendapat Saya Sampai Akhir Zaman Adalah Valid, Kalau Tidak Ada Yang Dapat Membuktikan Sebaliknya!
Saya akan senanghati, jika anda memberi masukan atau memberitahu saya, ada pendapat, atau pendapat anda sendiri yang lebih valid. Walaupun bagaimana, saya akan terus menulis.
Penghalangan, skenario besar terhadap pengalihan fokus manusia terhadap aktualisasi, adalah upaya pembodohan yang dijalankan sekelompok manusia terhadap sekelompok, suku, sukubangsa dan atau bangsa lainnya. Sengaja atau tidak disengaja, kelompok negara berkembang/miskin, individu-individunya, tidak lagi fokus terhadap tujuan hidup, cita-cita, dan pencapaian aktualisasinya. Era telah berubah, kita tidak dapat mengubah zaman, Amerika Serikat, telah saya duga akan mengalami kehancuran, segala bangsa, termasuk Indonesia, pernah mengalami masa kejayaannya dan masa kehancurannya, dan nampaknya, bergiliran diantara bangsa-bangsa. Itu yang membuat kita mudah menduganya. Mengapa Amerika akan mengalami kemunduran? Pendapat saya adalah:
Individu-Individunya Mengalami Kemunduran Dalam Keterampilan Hidup!
Orang yang teraktualisasi, tentu, mempunyai keterampilan untuk hidup, yang menjadikan kehidupannya lebih bermakna. Fokus dalam keterampilan hidup adalah kuncinya, untuk memajukan peradaban bangsa, bukan multitasking. Kejatuhan negara-negara makmur, diakibatkan oleh ‘rasa aman’ dan ‘rasa terlindungi’ yang dirasakan oleh warganya, lengah terhadap ilmu-ilmu murni dasar yang dahulunya menjadi penyebab kemakmurannya, lengah terhadap keterampilan yang begitu hebat dikuasai oleh kakek-nenek mereka. Ini bisa juga dianalogikan untuk keluarga. Jika Indonesia ingin jaya dalam bidang agraris-agrokompleks, dikira apa yang harus rakyatnya kuasai? Keterampilan dalam ilmu-ilmu pertanian pada khususnya dan ilmu-ilmu agrokompleks pada umumnya, dan ilmu-ilmu kelautan lebih umumnya lagi. Modal kita tanah dan laut, modal yang sangat besar yang nyatabenarnya kita punyai, yang nyatabenarnya juga dapat membuat kayaraya negeri kincir angin. Yang sebenarnya, nyatabenarnya juga, dapat membuat kita lebih sejahtera.
Di sudut sebuah cafe yang sangat nyaman, cafe para saudagar. Seseorang duduk dengan tenang, menikmati coffee terbaik di dunia, matanya agak melamun…. Orang ini fokus.
Di sudut lainnya, seseorang sedang bekerja dengan notebooknya, juga dengan coffee terbaik, seringkali handphone-pergaulan sosialnya berdering, sambil mengetik dan bekerja, menyeruput coffee, tertawa terbahak di hp-nya, datang lagi kawannya, membaca dokumen yang disodorkan kepadanya, masih tetap sibuk dengan hp-nya, disela dengan memerintahkan sesuatu kepada temannya….. Orang ini multitasking.
Apakah Sekarang Anda Dapat Menduga, Akan Menjadi Apa Orang Yang Fokus Dan Orang Yang Multitasking Ini Dalam Kehidupan Mereka Selanjutnya? Lebih Luas Lagi, Apakah Anda Dapat Menduga, Akan Menjadi Apa Bangsa Yang Fokus Dan Bangsa Yang Multitasking Dalam Percaturan Dunia Abad Ini?
Gabungan dari aktualisasi individu, mewujud dalam aktualisasi bangsa. Jika aktualisasi bangsa kita tinggi, kita akan bergaul dengan bangsa makmur dengan menegakkan kepala. Kita akan dicari, dan kita akan mencari bangsa yang sama tingkat aktualisasinya dengan bangsa kita. Seperti itulah tabiat dunia……………..
22 Feb 2011. Selamat Mencari Sesama Anda. Salam Persaudaraan. Hilal Achmar.
23. METASCIENCE BANTAHAN TERHADAP KEBUTUHAN PADA PSIKOLOGI HUMANISTIK
Kebutuhan menurut metascience adalah, segala yang dibutuhkan dan urgensi adanya bagi tumbuh kembang seorang individu, serta kemajuan peradaban manusia di dunia. Ada 70 syarat yang seharusnya ada, agar terdapat percepatan tumbuh-kembangnya peradaban manusia. 70 syarat ini kita namakan sifat-sifat yang baik, begitu saja. Sifat yang baik ini sebagai berikut:
1. Sifat Pemberi. 2. Sayang. 3. Penguasaan. 4. Kesucian. 5. Selamat. 6. Kedamaian. 7. Penjaga. 8. Mulia. 9. Perkasa. 10. Megah. 11. Mencipta. 12. Kebebasan. 13. Pemaaf. 14. Penolong. 15. Ekonomi. 16. Pembuka. 17. Pengetahuan. 18. Mengembangkan. 19. Mengentaskan. 20. Pemacu. 21. Pendengar. 22. Pelihat. 23. Keadilan. 27. Kehalusan. 25. Kewaspadaan. 26. Penyantun. 27. Keagungan. 28. Penegakan. 29. Kederajatan. 30. Kesadaran. 31. Pemelihara. 32. Kuat. 33. Teliti. 34. Nalar. 35. Pengawasan. 36. Cukup. 37. Pengabulan. 38. Keluasan. 39. Kebijaksanaan. 40. Kecintaan. 41. Kebenaran. 42. Perlindungan. 43. Keterpujian. 44. Perhitungan. 45. Kepemicuan. 46. Pengadaan. 47. Keunikan. 48. Penguasaan. 49. Kepenentuan. 50. Pelopor. 51. Kelogisan. 52. Kemisterian. 53. Keterpeliharaan. 54. Kemurah-hatian. 55. Pengakuan. 56. Pemaaf. 57. Pengasih. 58. Teritorial. 59. Kebesaran. 60. Keadilan. 61. Kolektifitas. 62. Kaya. 63. Sosial. 64. Kemanfaatan. 65. Kepemimpinan. 66. Keindahan. 67. Mewariskan. 68. Kegeniusan. 69. Kesabaran. 70. Pendidik. Setelah mengetik ke 70 syarat sifat-sifat yang baik ini, yang ingin saya katakan adalah:
Semakin Banyak Individu Mempunyai Syarat Sifat Tumbuh Kembang, Semakin Tinggi Individu Akan Teraktualisasi.
Kebalikannya adalah, semakin sedikit individu mempunyai syarat tumbuh kembang dalam dirinya, semakin rendah kualitas aktualisasinya. Akan sulit menjadi pemimpin, apalagi, menyumbang untuk kemajuan peradaban manusia! Pertanyaan saya adalah:
Bagaimanakan Caranya, Agar Manusia Mempunyai 70 Sifat-sifat Baik Tersebut?
Caranya ialah, dengan menggunakan ke 70 sifat itu, kemudian mengimplementasikannya dalam hidup dan kehidupannya! Anda lihatlah berkeliling, mungkin dengan bersepeda dan mengobrol pada orang-orang di pangkalan, atau para pensiunan yang sering berada pada halaman rumah di pagi hari. Kalau anda mendapati, ada individu yang mempunyai banyak sifat-sifat yang baik itu, maka anda dapat menyaksikan:
Orang-orang Yang Mempunyai Banyak Sifat-sifat Yang Baik, Pasti Mempunyai Keberuntungan Yang Besar!
Ini berbanding terbalik dengan orang-orang yang mempunyai sedikit sifat-sifat yang baik.
Bantahan Saya Terhadap Abraham Maslow:
Menurut Abraham Maslow: Ada kebutuhan akan Harga Diri dan Penghargaan Dari Individu lain untuk mencapai aktualisasi.
Menurut Saya: Tidak ada kebutuhan akan harga diri dan penghargaan dari orang lain untuk mencapai aktualisasi. Kalau kita mempunyai syarat 70 sifat baik diatas, cukuplah diri kita sendiri menghargai pencapaian kita, dengan memakai sifat baik No. 8, Sifat Mulia. Anda dan saya sudah mulia kalau mempunyai 70 sifat baik itu!. Dan untuk orang lain yang tidak menghargai kita, kita memakai sifat baik No. 39. Kebijaksanaan dan No. 13. Pemaaf. Dengan menerapkan 70 sifat baik itu, jalan telah terbentang menuju aktualisasi. Beres!.
Menurut Abraham Maslow: Ada kebutuhan akan Cinta & Rasa Memiliki-Dimiliki untuk mencapai aktualisasi.
Menurut Saya: Maslow belum berpendapat intinya. Rasa senang memacu aktualisasi. Rasa Benci menghambat aktualisasi. Cinta dan rasa memiliki-dimiliki itu, hanya salah satu dari Rasa Senang. Saya pernah menulis, rasa itu hanya dua: Senang dan Benci. Cinta, bahagia, ceria, terpesona, sayang, rindu, takjub, butuh, bahkan aktualisasi adalah masuk dalam kategori rasa senang. Sedang iri, dengki, sedih, pilu dll, masuk dalam kategori rasa benci. Untuk mencapai aktualisasi, lebih cepat dengan memakai sifat No. 57 Pengasih, daripada mengharapkan cinta dan rasa dimiliki oleh orang lain!.
Menurut Abraham Maslow: Ada kebutuhan akan perlindungan dan rasa aman.
Menurut Saya: Tidak ada kebutuhan akan perlindungan dan rasa aman. Tentu, kalau balita dan remaja, saya setuju. Kalau pada fase dewasa, saya kira tidak. Dunia, bukanlah tempat yang aman. Kalau individu tidak mau bekerja, maka tunggulah kehancurannya. Kalau individu merasa ’dilindungi’ dan ’aman’, maka, tunggulah bahaya yang mengancam. Rasa tidak dilindungi, tidak aman, tidak seimbang, adalah baik. Jika individu sering berada dalam keadaan tidak aman, tidak dilindungi, tidak seimbang, misalnya dalam bidang financial, dan bidang lainnya, katakan saja dalam kondisi ’terdesak’ keuangan, maka kemungkinan besar daya-daya potensial yang ada dalam dirinya, akan menjadi energi yang luar biasa besar! Kita dapat menyaksikan bahwa, sebagian besar orang-orang terkaya di dunia, yang bukan karena warisan, pada mulanya adalah individu yang ’terdesak’ secara financial. Justru, rasa tiadanya perlindungan, tiadanya rasa aman dan keterdesakan, akan memacu aktualisasi. Yang saya ingin katakan adalah, bertentangan dengan Maslow yang membutuhkan perlindungan dan rasa aman, saya mengatakan:
Individu Membutuhkan Rasa Tiadanya Perlindungan Dan Rasa Tiadanya Rasa Aman, Untuk Mengaktifkan Energi Potensial Yang Ada Dalam Dirinya!
Menurut Abraham Maslow: Ada kebutuhan akan Lingkungan Eksternal Sebagai Pra kondisi bagi pemuasan kebutuhan, ialah kemerdekaan, keadilan, ketertiban, dan stimulasi.
Menurut Saya: Tidak ada kebutuhan akan Lingkungan Eksternal Sebagai Pra kondisi bagi pemuasan kebutuhan, seperti kemerdekaan, keadilan, ketertiban, dan stimulasi. Kalau anda tidak merdeka, anda dapat memakai sifat No. 6. Kedamaian, dan No. 12. Kebebasan. Saya akan ilustrasikan: Nelson Mandella, dia dipenjara, tidak merdeka, tidak diperlakukan dengan adil. Tapi beliau teraktualisasi! Bahkan lebih teraktualisasi dari anda dan saya, yang bebas dan telah diberi keadilan!
Kebebasan Lebih Menunjuk Kepada Ruhani Daripada Jasmani!
Untuk kebutuhan fisiologis, udara, air, makanan, rumah, istirahat dan seks, saya berpendapat sama dengan semua orang.
Menurut saya, Hirarki kebutuhan yang kita bahas ini, lebih sederhana, dan sudah agak lengkap uraiannya tentang 70 sifat yang baik. Dan yang lebih utama adalah mudah di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari menuju aktualisasi, sehingga kita dapat memperoleh Keberuntungan Yang Besar.
22 Feb 2011. Selamat Menempuh Keberuntungan Yang Besar. Salam. Hilal Achmar.
22. METASCIENCE TINGKAHLAKU TERBAIK
Dalam metascience, apa yang dimaksud dengan tingkahlaku manusia, singkatnya ialah: segala tingkahlaku, mulai dari berencana melakukan suatu tindakan, melakukan organisasi, melakukan koordinasi, meluangkan waktu untuk evaluasi implementasi tindakan, kemudian mempertanggungjawabkannya.
Tingkahlaku yang diamati, ialah segala tingkahlaku manusia, dalam segala bidang kehidupan, sosial, ekonomi, politik, kepemimpinan, sudutpandang, polafikir, idea, kecerdasan, kebiasaan, makna hidup dan sebagainya. Sudah umum diketahui, bahwa tingkahlaku manusia dipelajari pada beragam ilmu pengetahuan: sosiologi, politik, filsafat, psikologi, psikologi sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain, baik tingkahlaku individu, kelompok, atau tingkahlaku sosial dan interrelasi vice-versanya dengan tingkahlaku individu. Karena saya juga berada dalam bidang ilmu pengetahuan yang bertradisi timur, saya mengakui juga adanya tingkahlaku yang dipengaruhi oleh agama-agama dan berbagai aliran kepercayaan.
Di Indonesia secara umum, saya melihat, kesalehan dipakai sebagai penilaian tingkahlaku individu yang utama, terutama kesalehan transendental. Kesalehan horizontal, yang berkaitan dengan sosial-kemasyarakatan, saya duga tidak pada tempatnya saya bicarakan dalam posting ini.
Bahkan, segala tingkahlaku manusia Indonesia, sebagian besarnya, dijustifikasi dari kesalehan transendental. Kesalehan horizontal kemasyarakatan, rupa-rupanya, sedikit ambil bagian dalam penilaian tingkahlaku yang ‘baik’. Saya ambilkan satu contoh sederhana yang sering diungkapkan orang: walaupun ia banyak berderma dan menolong orang, sayang ia tidak pernah ke gereja, atau belum menjalankan sembahyang. Ini faktanya.
Dalam metatingkahlaku, kita berusaha mencari kebenaran yang nyatabenarnya, sebenarnya. Pertanyaan saya adalah:
Tingkahlaku Terpuji Apa Yang Seharusnya Ada Pada Diri Manusia?
Pertanyaan ini dalam rangka, penyerapan ilmu yang benar dan bermanfaat untuk diri manusia. Oleh karena, kita, bisa saja mempelajari segala bidang ilmu dan menguasainya, tanpa kita berkontemplasi, apa manfaatnya dari ilmu-ilmu tersebut.
Sebelum Mempelajari Suatu Ilmu, Tanyakan Lebih Dahulu Kepada Diri Anda, Manfaat Dari Ilmu Tersebut. Kalau Tiada Manfaatnya, Untuk Apa Kita Pelajari?
Selayaknya kita mencari, tingkahlaku apa yang seharusnya ada pada diri manusia, yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri, maupun masyarakat, dan sekali lagi yang nyatabenarnya, bagi kita dalam jalur ilmu pengetahuan tradisi timur.
Dalam waktu jeda saya, saya menemukan bahwa, tingkahlaku yang nyatabenarnya, yang seharusnya ada dalam tradisi timur, yang tidak menutup kemungkinan juga dalam tradisi barat, jika, pelopornya bertradisi Yahudi, adalah:
Kesalehan Transendental Dan Horizontal, Dimana Individunya Mau Diingatkan, Dan Selalu Mengingatkan Manusia Kepada Kehidupan Abadi.
Kehidupan abadi adalah metapengetahuan, manusia tidak mengetahuinya, dalam kondisi bagaimana dan seperti apa tempat manusia dalam kehidupan abadi itu, kecuali sedikit. Sampai saat ini, kehidupan abadi itu, dicoba untuk ditelusuri manusia secara science, maupun metascience. Secara metascience dengan teknik Perjalanan Keluar Dari Jasmani, suatu eksplorasi ruang-waktu dan jarak yang mengesankan. Sekali waktu, saya ingin mengupload thema ini dalam posting saya.
Satu lagi definisi situasi yang meta, yang nyatabenarnya ada di dunia:
Suatu Situasi Yang Jarang Dilihat Mata, Jarang Di Dengar Telinga dan Jarang Terlintas Dalam Hati, Kecuali Dalam Waktu Jeda Dan Kontemplasi.
19/02/11. Selamat Menjalankan Laku Tingkahlaku. Salam Meta. Hilal Achmar
XVIII. METASCIENCE TINGKAHLAKU MANUSIA
Pada jalur science yang lain lagi, tingkahlaku manusia dipelajari dari tingkahlaku hewan. Itu karena Darwin menyatakan bahwa manusia berasal dari kera. Sekarang, ilmu itu akan membuat anda tersenyum. Pada jalur yang lain lagi, justru penelitian tingkahlaku manusia yang sakitlah yang banyak dipublikasikan. Pada jalur yang lain lagi, penelitinya berusaha mempelajari tingkahlaku manusia yang sehat. Penelitian ini sulit dilakukan.
Tingkahlaku Individu Dengan Penyesuaian Baik.
Singkatnya, individu ini selalu menyesuaikan tingkahlakunya dengan tingkahlaku orang, komunitas, atau masyarakatnya, agar tingkahlakunya sesuai dengan norma, agar ia tidak dianggap aneh apalagi sakit, padahal aneh, dan memang sakit. Saya akan memberikan ilustrasi.
Pada saat antri, orang tertib berdiri, padahal antrian mengular, berapa puluh kali lebih panjang dari ular terpanjang yang pernah ditemukan. Individu dengan penyesuaian tingkahlaku yang baik, akan berdiri terus-menerus dalam antrian, walaupun kakinya pegal bukan alang-kepalang. Kalau anda mengenal saya, saya tidak akan berdiri dalam antrian, saya akan duduk, walaupun di lantai! Apakah dengan duduk, ketika 500 orang orang berdiri dalam antrian, saya bertingkahlaku buruk?
Søren Aabye Kierkegaard, Bapak eksistensialisme, lahir 5 Mei 1813 di Kopenhagen, pasti akan senang sekali dan pasti matanya berbinar-binar, melihat saya duduk santai diantara 500 orang yang berdiri mengantri…… Eksistensialisme, telah menjadi salah satu bagian yang membentuk tingkahlaku saya, sejak saya kelas III SMP. Saya membaca lebih dahulu tentang eksistensialisme, mungkin lebih awal dari mahasiswa baru di fakultas psikologi, yang tidak berlatar belakang ilmu yang meta……….
Muhammad Badrul, seorang asal Sumatra Barat yang menjadi mahasiswa di MIPA pada tahun 80-an di UGM, mengejutkan saya dengan peribahasa asal daerahnya, yang saya akan ilustrasikan dibawah ini:
Jika Dikurung, Kita Di Luar.
Bayangkan anda dan sekelompok orang, dikurung oleh sebuah tali lasso, yang dapat dikencangkan. Ingatlah peribahasa dari Sumbar itu. Anda harus berada diluar! Bagaimanapun caranya. Kalau perlu, sudah berada diluar, ketika kelompok orang yang lain baru sadar mereka sebenarnya telah terkurung tali lasso! Yang saya ingin katakan adalah, kita berada diluar, karena kita ingin bebas dari kesulitan. Kita juga menghormati, kebebasan memilih dari kelompok orang yang terkurung itu. Hanya kita tidak mau mengikuti, dan berpenyesuaian baik terhadap tingkahlaku yang akan merugikan kita itu!
Ketika Dihimpit, Kita Di Atas.
Jika anda lengah, dan telah terkurung, dan tali lasso itu mulai dikencangkan, sehingga mulai menghimpit anda dan semua yang terkurung, anda harus berada di atas! Supaya anda bebas bernafas. Bebas dari segala kesulitan. Anda tidak boleh berpenyesuaian baik, terhadap segala yang merugikan, baik itu terhadap kelompok yang lima M, maling, minum, main judi, main perempuan dan madat narkotika. Atau ideologi yang mengakali manusia, agar manusia menjadi seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Atau manusia hipokrit, yang rela dijerat kemiskinan dan kebodohan……..
Yang saya ingin terakan adalah, Local Genius yang kita punyai, tidak kalah dengan Søren Aabye Kierkegaard sebagai Global Genius, dalam menerangkan kebebasan, sebagai substansi Eksistensialisme………
Wahai Muhammad Badrul, yang sudah 23 tahun tidak lagi bertemu dengan saya, dan para penerus local genius, saya berterima kasih kepada anda sekalian. Seperti kebiasaan saya, mungkin post ini diedit lagi…
Salam Lokal Genius! Hilal Achmar.
XIV. METASCIENCE INSTANTA & FOKUS
Antara tahun 80 sampai 90-an, bagi teman-teman yang mengenal saya pada dekade itu, saya mengatakan, Amerika Serikat akan bangkrut. Dunia akan bangkrut, jika kebanyakan manusia tidak lagi fokus pada ilmu-ilmu dasar, lebih fokus pada ilmu praktis. Pada saat saya lulus saat ujian pendadaran, profesor saya berpesan kepada saya, agar saya membaca juga buku ilmu-ilmu praktis. Kemungkinannya: 1. Beliau takut, saya akan menekuni ilmu-ilmu dasar, berhenti pada ilmu dasar, dan tidak memaksimalkan kapasitas yang saya miliki. 2. Beliau takut, saya tidak kebagian mendapatkan harta benda dunia dengan menekuni ilmu-ilmu dasar saja. Yang manapun dari keduanya, beliau benar!
Instanta.
Segalanya sekarang serba instant. Anda mengetahuinya. Dari makanan, pakaian, rumah, pendidikan, apa saja, yang serba instant yang diminati. Mengapa begini, mengapa begitu, tidak lagi diminati. Maksud saya, pembahasan yang lebih detail akan masalah/pekerjaan/pendidikan tidak diminati lagi. Saya fikir, Yogya sebagai gudang ilmu, oleh karena itu, dahulu saya menuntut ilmu disana, saya kira hari ini berkurang peminatnya, dan akan berkurang terus peminatnya. Kedepan, Yogya tidak lagi akan menjadi Kota Pendidikan. Alih-alih dari Yogya akan mengubah dunia, malah Yogya dalam proses dirubah dunia!
Realitas Lampau
Siapa mau peduli kota kelahiran leluhur saya itu? Saya katakan, secara metascience, kita tidak dapat menolong Yogya mencapai kejayaannya kembali sebagai Kota Pendidikan, seberapa keras pun usaha anda. Sebabnya adalah: Yogya sebagai kota pendidikan, adalah realitas lampau. Lebih mudah, Yogya dibawa pada realitas kini, bahwa, ada kerajaan dalam negara republik, atau, realitas kini apapun, yang anda fikir dapat diimplementasikan untuk Yogya. Pendirian Universitas dan Pendidikan instant di Indonesia itulah penyebab Yogya kehilangan pamornya sebagai kota pendidikan. Hasil pendidikan tidak bisa instant. Jika para Guru Besar, Doktor dan Dosen di Yogyakarta, masih fokus mengajarkan ilmu-ilmu dasar, berdampingan dengan ilmu praktis, hasilnya akan dipetik beberapa tahun kedepan, seperti kita memetik hasil, di daerah manapun kita belajar ilmu-ilmu dasar yang kuat.
Hasil Pendidikan Ilmu-ilmu Dasar Yang Kuat.
Universitas Indonesia memantau dan memanggil pulang alumninya yang pernah belajar ilmu dasar di UI, untuk menularkan pada mahasiswa adik-adik kelasnya. Apakah UGM memantau dan pernah memanggil pulang alumninya? Yang saya akan katakan adalah:
Ada banyak realitas dan kebenaran pada individu lain selain yang kita yakini. Kebenaran tidak hanya satu. Dalam persoalan makan siang dimana hari ini, saya punya 3 kebenaran. Anda mungkin punya 5…….
Waktunya makan siang. Salam. Hilal Achmar.
XII. METASCIENCE PERADABAN
Untuk metascience peradaban manusia, saya akan mengambil contoh masyarakat dan peradabannya, pada saat Candi Borobudur dibangun, oleh Samaratungga dari Dinasti Syailendra, pada tahun 778 – 856 M, sekitar 1233 tahun yang lalu.
Peradaban, akan saya persempit menjadi kesehatsejahteraan. Saya ingin bertanya kepada anda, terutama, anda yang berasal dari sekitar Candi Borobudur, Magelang, Muntilan, Sleman, Yogyakarta, Klaten, Solo, Ambarawa, Ungaran. Dari segi apa anda lebih sehatsejahtera dibanding individu yang ada dalam peradaban 1233 tahun yang lalu itu? Keturunan keatas saya juga dari Yogyakarta, jadi saya ikut jawab saja: Saya tidak lebih sehatsejahtera dari mereka. Andapun demikian.
Kalau mereka dihidupkan kembali hari ini disekitar Candi Borobudur dengan setting rumah, jalan dan kondisi lingkungan seperti tahun 778 M, mereka akan katakan, kita lebih sehatsejahtera, mempunyai peradaban yang lebih tinggi. Mungkin, penilaian itu hanya karena kita bisa mengoperasikan handphone!
Yang ingin saya katakan adalah, mereka dulu juga merasa sehatsejahtera, seperti anda merasa sehatsejahtera hari ini! Kondisi mereka pada saat candi selesai dibangun adalah: mereka takjub akan hasil karya mereka, mereka cepat teraktualisasi. Rasa bangga, keadaan ekstasi, tinggi, kesadaran yang meningkat, merasa mampu, merasa dapat berkembang kesegala arah, pendeknya, mereka teraktualisasi sedemikian hebat… Kesultanan Yogya adalah aktualisasi masyarakat dan individunya, yang dapat kita saksikan sampai kini.
Dibanding mereka, kita, kini, apa yang membuat kita teraktualisasi, sehingga, kita teraktualisasi lebih tinggi derajatnya dari mereka?
Keadilan dalam rasa kesehatsejahteraan, diberikan merata bagi seluruh umat manusia, baik yang telah lama berlalu, maupun kini. Peradaban kita hari ini, bukan peradaban yang paling tinggi. 1.000 tahun lagi, peradaban akan jauh meninggalkan peradaban kini. Walaupun demikian, kita merasa paling sehatsejahtera dari segala umat yang lalu.
Individu-individu yang membangun Borobudur telah mengubah dunia, dengan menambah satu keajaiban dunia, sehingga ada tujuh keajaiban dunia yang membuat dunia lebih cantik.
Menurut saya, Zaman Batu belum berakhir, karena batunya masih banyak. Menurut seseorang, zaman batu telah berakhir, dia katakan juga, bukan karena batunya habis! Menurut mereka yang hidup 5.000 tahun lagi, pada tahun 2011, masih termasuk kebudayaan batu!
Saya masih melihat zaman batu pada masyarakat. Dulu mereka pergi ke Candi batu Borobudur yang besar, sekarang pergi ke mall……
Generasi Indonesia Kini: Alih-alih merubah dunia, saya saksikan satu-persatu dirubah dunia……..
Salam Sehatsejahtera. Hilal Achmar.
VII. METASCIENCE HARI INI
Metascience masih dipandang sebelah mata. Kalau bahan ajar, ada. Tetapi tidak fokus. Tidak ada fakultasnya di Indonesia! Mungkin manusia tidak lagi ingin belajar ilmu yang “meta”, sibuk pada era globalisasi kini.
Kalau ingin pandai, tentu manusia harus belajar. Mengapa, ada manusia yang belajar pagi sore siang malam tidak menjadi genius? Sebabnya adalah: 1. Pada dasarnya mereka itu bukan genius. Atau 2. Mereka tidak mampu menemukan kegeniusan dalam diri mereka! Metascience dalam pembelajaran, tidak hanya mengakui manusia genius karena pada dasarnya, tetapi juga mengakui manusia dapat menjadi genius karena ‘kesadarannya’.
Kebalikannya adalah, mengapa manusia yang menggunakan waktu untuk belajar sedikit saja, kelihatan begitu genius dalam kehidupannya? Atau manusia yang menggunakan sedikit saja waktunya untuk bekerja, dapat menjadi kaya raya? Mengapa manusia yang secara fisik tidak menarik, menjadi idola? Mengapa anak yang nakal pada waktu SMA menjadi kiai? Mengapa anak yang dianggap bodoh waktu kuliah menjadi publik figur, atau mengapa teman SMA yang digadang-gadang kini terpuruk? Science bisa menerangkannya dengan sejuta argumen, lalu dibantah lagi dengan sejuta argumen. Metascience akan membahas segala hal yang tidak dapat diproses oleh daya fikir rasional dan logika.
Metasicience hari ini akan membahas:
1. Templat Manusia. 2. Setiap manusia mempunyai template dasar untuk menjadi sehatsejahtera. 3. Petunjuk teknis agar template tersebut tersadari. 4. Metode penyerapan ilmu untuk template. 5. Hubungan ilmu yang tersimpan dalam template pada tingkahlaku dan kesehatsejahteraan.
Saya mempunyai keterbatasan waktu. Tentu saya tidak akan menulis lebih panjang, jika dianggap tidak bermanfaat, atau anda tidak akan membaca pengetahuan yang tidak ada manfaatnya bagi anda. Saya hanya sekadar berbagi metascience yang saya pelajari sejak kelas II SD. Jika anda tertarik, saya akan membahas lebih panjang, tentu dengan tidak panjang lebar. Jika anda inginkan pembahasan yang panjang lebar, silakan mengirim alamat email anda, atau mengikuti forum metascience off air yang saya pimpin, atau memberi comment. Terima Kasih. Salam.