Ini posting saya yang ke 40, seperti kata orang Life Begins At Forty, maka, saya katakan, My Posting Begins At Forty. Dari nomor posting ke 40 inilah saya akan lebih serius, tidak lagi menggoda dengan metascience. Mulai sekarang, thema blog ini menjadi:
REALTRUTH SCIENCE
Mengapa? Bukankah saya selalu menulis pengetahuan yang nyatabenarnya, dan saya giring anda ke metascience, toh, juga tidak ada yang protes…. Pengetahuan yang nyatabenarnya kan lebih dekat terjemahannya menjadi REALTRUTH SCIENCE.
Bagaimana Saya Menyadari Adanya Realtruth Science
1. Adanya Perbedaan Budaya: Saya hidup di Jakarta sebagian, sebagian lagi di Yogyakarta, dimana dahulu, ilmu berkembang pesat. Saya melihat, perbedaan budaya Jakarta yang mengintegral dalam diri saya, menimbulkan pertentangan dengan budaya Jawa (Yogyakarta khususnya). Saya berfikir budaya mana yang paling benar?
2. Adanya Perbedaan Suku/Suku Bangsa/Bangsa. Sampai sekarang masih menimbulkan pertentangan. Contoh: Ambillah budaya barat yang baik, yang tidak baik kita sensor. Maka, disensor/diblokirlah banyak situs di internet, dan mediamasa yang tidak bisa di akses di berbagai negara belahan timur.
3. Adanya perbedaan informasi yang diterima oleh individu, yang kemudian mengintegral dalam dirinya, sehingga seorang individu dapat terlihat: sebagai orang yang: kaku, tegas, agamis, individual, sosial, egois, pelit, royal, baik hati, pemarah, pendendam dlsb, dalam bahasa ucap.
4. Adanya perbedaan pendidikan. Ada yang tinggi, sedang dan rendah.
5. Adanya perbedaan kultur dalam keluarga.
6. Adanya perbedaan Gen.
7. Adanya perbedaan perlakuan dalam keluarga dan masyarakat.
Dan masih banyak perbedaan lainnya, yang menyebabkan, tiap individu sangat specifik dalam mengkompilasi informasi ilmu yang didapatkan dan mengintegralkannya dalam diri dan kehidupannya. Yang menjadi pertanyaan saya adalah:
Apakah Ada Ilmu Pengetahuan Yang Nyatabenarnya, Agar Individu Tidak Salah Dalam Mengintegralkan Ilmu Dalam Diri Dan Kehidupannya?
Saya fikir ada! Kalaupun saat itu belum saya temukan, saya akan mencarinya. Sekitar tahun 1974, Bapak saya mengenalkan saya tentang adanya ‘Pengetahuan Yang Nyatabenarnya’, yang dicari dengan cara transendental. Pada saat itu, saya boleh dibilang masih ‘kecil’, tetapi saya bertekad untuk mencarinya, walaupun dengan cara transendental! Dan, memang pada awalnya, saya berusaha keras mencarinya dengan cara spiritual transendental. Dan mulailah saya hidup dalam dua dunia, dunia nyata dan dunia spiritual.Cara saya mencarinya:
1. Bapak Saya Melarang Saya Menjadi Hakim.
Belakangan saya baru tahu maksudnya, bahwa dalam memandang kebenaran, saya tidak boleh dibayar. Beliau takut, otoritas yang membayar saya, membelokkan saya dari kebenaran, integritas saya melemah. Beliau menginginkan, saya merdeka mencari sendiri pengetahuan yang nyatabenarnya. Maka, segala ilmu dan lintas ilmu yang saya pelajari, saya simpulkan benar tidaknya secara didaktis.
2. Mengelola Waktu Jeda Dengan Kegiatan Transendental.
Teknik saya menuju trancendence adalah, saya mengosongkan fikiran, sehingga saya tidak berfikir, dan mengosongkan rasa, sehingga tidak berperasaan apapun. Itu adalah Zero/Empty Condition. Pada awalnya, saya sering melakukannya saat relax di kamar tidur saya, kemudian, saya dapat melakukannya di mall, di cafe, saat jeda kerja dlsb.
3. Apa Gunanya Kegiatan Transendental?
Kalau gelas sudah penuh air, apakah dapat menerima sejumlah volume air yang dituangkan padanya? Tidak, air akan tumpah, dan volume air tidak bertambah dalam gelas, karena, gelas itu ‘sudah penuh’. Kalau gelas itu kita kosongkan, maka ia dapat menerima sejumlah volume air, sesuai dengan kapasitasnya. Walaupun tidak sepenuhnya benar, dapat saya analogikan: kalau fikiran kita sudah penuh, apakah masih dapat menerima informasi baru? Kalau fikiran anda sudah penuh, apalagi dengan berbagai persoalan dunia, apakah fikiran anda masih dapat me-receive informasi yang benar yang di-transmitter-kan ke anda? Tentu tidak. Pada saat saya melakukan kegiatan transendental, artinya saya memberi ruang dan waktu bagi ilmu dan informasi yang nyatabenarnya.
4. Apa Akibat Informasi Yang Tidak Nyata Benarnya Bagi Diri Dan Kehidupan Anda?
Informasi yang tidak nyatabenarnya, seperti virus di software atau otak/hardisk komputer. Misalnya komputer kita disusupi virus, yang menyebabkan kalau kita start, dia kembali restart….terus…. melelahkan! Tidak ada henti-hentinya restart…………
Begitu juga informasi yang tidak benar yang masuk dalam otak kita, seperti virus, kita akan memikir ulang informasi itu bolak-balik, tidak ada henti-hentinya, restart…. terus…..
Misalnya: anda diberi informasi yang tidak nyatabenarnya: sukses itu tidak harus menjadi kaya, punya helikopter, limousine, istana, dsb. Otak anda nanti seperti disusupi virus. Anda akan berfikir ulang terus: Apa benar sukses itu tidak harus menjadi kaya, punya helikopter, limousine, istana….? Mengapa saya katakan ilmu yang tidak nyatabenarnya seperti virus dalam otak anda? Setelah saya pelajari, ternyata orang-orang yang menderita gangguan jiwa, schizophrenia, bahkan gila, karena mereka mengintegrasikan dan mengkompilasikan pengetahuan yang tidak nyatabenarnya, sehingga mereka berfikir ulang terus, dan mengakibatkan kelelahan psikologis yang mendalam. Itu pendapat baru saya tentang Psikiatri.
5. Apa Gunanya Pengetahuan Yang Nyatabenarnya?
Pasti anda sudah tahu, jika membaca beberapa posting dalam blog saya.
6. Apakah Pengetahuan Yang Nyatabenarnya Spesifik Pada Individu?
Ya, spesifik pada tiap individu. Tidak sama pemahaman antar individu yang satu dan individu lainnya dalam menyerap pengetahuan yang nyatabenarnya, bergantung dari kadar ilmu dasar yang pernah dipelajarinya. Tetapi, cara mendapatkannya sama, dan teknik problem solving-nya juga sama. Kita disini, sedang mempelajari yang sama. Hasil yang didapatkan masing-masing kita, dapat berbeda. Semuanya akan menyehat-sejahterakan kita.
7. Jika Ada Comment, Hal Baru, Atau Pertanyaan, Sedang Anda Enggan Berkomentar Disini, Anda dapat BBM saya. PIN: 27D08432
Salam. Hilal Achmar.
June 05, 2012. 17.43.
I hope you are doing great 🙂 🙂